Semangka

Semangka

Senin, 24 Desember 2012

Catatan 1


Umurku saat ini memang masih delapan belas tahun. Menurut pendapat kebanyakan orang, jalan hidupku tentulah masih teramat panjang. Di usia seperti ini banyak gadis-gadis yang sibuk mengejar karir mereka, mencapai cita-cita mereka, memoles diri dengan fashion modern dan cenderung bersenang-senang dalam segala hal.

Aku tahu, aku tak seperti mereka kebanyakan. Mungkin aku terlihat asing, barangkali.

Pagi ini aku mengunjungi kediaman kakak perempuanku, bertepatan dengan libur hari Natal 2012. Aku santai saja berkunjung sekedar bermain dan membicarakan banyak hal, bertukar pikiran.

Tak lama, datanglah salah seorang tetangga perempuan, atau bisa dibilang kerabat. Dia melihat penampilanku yang menurutnya mungkin, cukup aneh. Dengan jilbab menutupi dada, baju yang sepanjang lutut dan rok sampai mata kaki. Lalu ia mencoba bergurau dengan menarik sedikit ujung jilbabku. Lalu berkata,

“Biasa ajalah dalam berpakaian, kamu kan masih muda. Yang biasa-biasa aja, jangan gerembang-gerembong….”

Tutur katanya memang terdengar sangat biasa, namun jelas sekali ada guratan maksud dalam nada bicaranya. Ada garis kebencian yang terdengar sangat tipis. Aku diam saja, tak ingin menimpali. Meski rasanya aku ingin sekali menyanggah dan memberikan sedikit pendapat.

Entah memang imanku sangat lemah, sehingga aku diam saja atau bisa juga karena aku malas berdebat dengannya. Aku lebih memilih, agar Allah nanti berkenan  membuatkanku rumah di pinggir-pinggir surga daripada harus mengadu emosi, tentu saja.

Kerabatku itu memang mempunyai anak yang seumuran denganku, dan sangat berbeda segala halnya dengan apa yang ada di diriku. Aku menganggapnya wajar saja jika ia berkata demikian.

Ketika ia beranjak pergi, aku hanya termenung dan mendoakannya. Mungkin ia belum tahu akan ilmu ini, atau sedikitnya belum paham. Aku maklum saja, meski jujur hati ini sedikit menyuarakan kegetiran.

Tapi, jika ia memang belum paham atau tidak mengerti. Mengapa ia harus bertanya dengan cara seperti itu? Setidaknya bertanya,
“Kok kamu pakaiannya seperti ini? Apa yang membuatmu nyaman berpakaian seperti ini?”
Tentu aku akan lebih senang untuk menjelaskan. Kadang seseorang terlalu gengsi untuk bertanya sesuatu hal kepada oranglain. Apalagi, jika yang ditanya adalah seseorang yang lebih muda atau seseorang yang mungkin ingin disainginya. sehingga terlontarlah kata-kata yang tak enak didengar, berharap yang ditanya akan menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi tentu saja esensinya akan berbeda.

Dan aku saat itu hanya memilih, diam.

Semoga Allah memberikan hidayah kepadanya. Atau sekedar teguran kecil atas perkataannya. Dan semoga aku dapat cerdas menangkap hikmah atas kejadian ini.

Wallahu waliyut taufiq